
Rantauan memang hal yang menjadi tonggak awal seseorang yang ingin berusaha mewujudkan segala cita-citanya. Entah itu merantau cari uang, ilmu, dan sebuah pengalaman. itu semua tak lepas dari kata merantau. Tak ada satupun orang di dunia ini tak ingin suxes, baik itu suxes di dunia maupun di akhirat. Ngomong-ngomong soal suxes di dunia, kita sebagai mahluk yang berpikir. berusaha semaksimal mungkin dengan seluruh tenaga dan pikiran untuk mendapatkan yang namanya suxes.
Suxes yang kita dambakan pun beragam, ada yang ingin suxes dalam berusaha, kerja, suxes dalam berhubungan antar sesama, bahkan ada sebagian orang yang ingin suxes dalan hal jodoh. Sungguh keinginan dan kepuasan masing-masing manusia itu berbeda. Jadi apa yang sebenarnya menjadi inti dalam men-suxes kan rantauan kita?
Saya ada cerita ni bagi sahabat blogger. "Malam itu jam telah menunjukkan pukul 21.45 WITA, waktunya untuk pulang setelah delapan jam bergumul dengan device. Kebetulan saya bekerja di sebuah retail Smartphone (namanya kita sensor he). Berjam-jam utak atik aplikasi, rasa jenuh pastinya ada dalam kepala ini. Saya dan temanpun cabut pulang, kebetulan di sebuah tempat perbelanjaan saya kenal dengan tukang parkirnya, iya saya nogkrong dulu tu ngobrol ma orang yang bisa saya panggil paman dilihat dari postur tubuh dan raut mukanya. Tak henti disitu, kami ngobrol cukup lama. Obrolan kami ya seputar rantauan tentunya. Melihat dia begitu semangat dalam pekerjaannya itu, saya mulai membuka perbincangan.
"Pak.. Ndak pulang??"
''Ntar dulu dek.. masih nunggu beberapa mobilnya keluar (sambil menunjuk lima mobil yang masih nangkring di parkiran)"
"Mmmm... Enak ya pak jadi tukang parkir, banyak dapetnya (sambil senyum ke arah beliau)"
Sedikit ada raut muka yang masih bingung akan pertanyaanku tadi itu "Yaaa... enak kalau dapet setoran banyak, kadang perhari dapet 350ribu dan setoran ke PD PARKIR 160ribu" liriknya. Saya sempat bertanya soal pertanyaan jebakan ma beliau "Bapak sehari jaganya part time atau fulltime"
"Hmm... kalau mau dapat uang banyak ya Fulltime"
sempat saya berpikir ne bapak apa ndak pernah istirahat untuk sholat ya?. Rasa curigaku terjawab dengan melihat tempat dan keadaannya. ya maklum kami merantau di mayoritas kaum agama lain. Memang yang namanya hidup merantau tak sempurna hidup di kampung sendiri. Inilah realita kami dalam merantau demi mengisi perut janganlah kita seenantiasa mengabaikan sholat, dimana sholat telah dijadikan suatu jarak antara waktu yang kita lewati dan merupakan suatu media yang paling terpenting dalam hidup kita. "Karena sesungguhnya kita hidup di dunia ini hanya untuk beribadah kepada-Nya.""
Belum ada tanggapan untuk "Kerasnya hidup di Rantau (Tukang Parkir)"
Posting Komentar